Rabu, 02 September 2020

Pemimpin di Era Milenial

Pemimpin di Era Millenial





Konsep Pemimpin berasal dari kata leader dan leadership, Kartono mengatakan bahwa pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki superioritas tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan dan kekuasaan untuk menggerakkan orang lain melakukan usaha bersama guna mencapai sasaran tertentu. 

Sedangkan Kouzes menjelaskan bahwa pemimpin adalah vionir sebagai orang yang bersedia melangkah kedalam situasi yang tidak diketahui, pemimpin yang mempunya visi yang jelas dapat menjadi penuntun dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin. 

Lain lagi dengan Rukmana yang mendefinisikan pemimpin sebagai orang yang melakukan atau menjalankan kepemimpinan leadership sedangkan pimpinan adalah mencerminkan kedudukan seseorang atau kelompok orang pada hierarki tertentu dalam suatu birokrasi formal maupun informal.

Para pemimpin milenial ini mayoritas sudah menggunakan teknologi dalam menjalankan kegiatan/bisnisnya. Bahkan teknologi sudah tidak terpisahkan lagi dalam perusahaan atau lembaga yang mereka pimpin.

Drive atau rasa lapar akan kesuksesan pundemikian besar. Kita perlu sadar bahwa generasi milenial sudah tidak dibesarkan di jaman keemasan ekonomi. 

Banyak di antara mereka hidup dengan anggaran yang pas-pasan. Justru inilah yang membuat mereka suka bekerja keras dan banyak menginspirasi teman kerjanya. 


Bagi mereka kultur bekerja keras tidak sulit ditularkan pada teman-temannya, karena mereka juga tidak menginginkan birokrasi dan segala macam formalitas yang nampaknya hanya menghambat gerak organisasi.


Hasil penelitian mengatakan bahwa dibandingkan dengan generasi yang lebih senior, para milenial lebih unggul dalam komunikasi dan pembinaan hubungan interpersonal.


Inovasi adalah napas organisasi yang mereka pimpin, dan hal ini bukan monopoli atasan atau pimpinan saja. Inovasi menjadi tuntutan bagi semua individu. Ini juga dilatarbelakangi oleh transparansi yang menjadi kultur utama perusahaan. Para milenial sejak lahir sudah dibesarkan dalam dunia yang tidak mapan. Oleh karena itu, mereka memang sudah terbiasa dengan perubahan.

Bila kolaborasi di masa kita dianggap sebagai upaya yang keras dan harus dipaksakan, saat ini para milenial melakukannya dengan spontan. Nafas organisasi memang adalah kolaborasi. 


Mereka percaya dan menghargai multi perspektif, sementara banyak di antara kita yang masih menganut faham monopoli, eksklusivitas dan mengkotak-kotak kan pasar ataupun keahlian. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar